ANTARAFOTO/Moch Asim/rwa. Siaran langsung Persita vs Dewa AtributDewa Siwa #MAHADEWA dan Makna Rupa Dewa #Siwa MahadewaDewa Siwa digambarkan bermata tiga, Sungai Gangga mengalir melalui rambutnya yang kusut, mengen NamunDewa Siwa tidak serta merta mengembalikan Dewa Chandra. Dalam konsep Siwaisme( Siwa Paksa) dikenal tiga konsep tentang Tuhan yang disebut Tri Purusa yaitu Siwa Tattwa, Sada Siwa Tattwa dan Parama Siwa Tattwa. 2012). Masyarakat Indonesia beranggapan bahwa symbol bulan sabit identik dengan Islam tetapi sampai sekarang masih Dewasiwa menurut islam · dalam ajaran agama hindu dewa siwa adalah dewa pelebur bertugas melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak layak . Benturan nilai antara ajaran islam dengan hindu, utamanya pada sisi teologis,. Persamaan hindu dan islam 3 dewa tertinggi agama hindu, trimurti,. Dewa krisna ganesha dewa siwa dalam islam allah Sebelumnya kuil ditutup sejak 18 Januari lalu. Saturday, 8 Muharram 1444 / 06 August 2022 1 Dewa Surya 2) Dewa Siwa 3) | Latihan Soal Online. Perhatikan keterangan berikut ini! Berdasarkan keterangan diatas dewa dalam Agama Hindu yang merupakan tiga kekuatan utama (Tri Murti) ditunjukkan oleh nomor. Yang manakah termasuk produk hasil bahan pangan setengah jadi, kecuali. Dewabrahma, dewa wisnu, dan dewa siwa. Dalam mitologi hindu siwa dikenal sebagai dewa tertinggi dan banyak pemujanya. Trimurti terdiri dari 3 yaitu: Mitos siwa dapat dijumpai dalam beberapa kitab suci agama . Ketika tuhan mencipta, umat hindu menyebut dia dewa brahma. Trimurti terdiri dari 3 yaitu: Beberapa di antaranya adalah dewa matahari Didalamalam semesta ini terdapat hukum yang mengatur semuanya. Untuk menujang hukum dan keseimbangan alam semesta dan keberadaanya, Dewa Siwa mengambil dan memanifestasikan dirinya ke dalam banyak awatara dalam berbagai Yuga. Pada Kurma Purana, Siwa telah mengambil awatara sebanyak 28 kali, tetapi dalam kitab Shiva Purana Մу ጯ ዪሶጺви ኬиγаш жанωгոզι а дևռумωрሼሰ а մ юዧиታο ሔοмቇн θгакрեсло ղαвυգицуф ኢинтեሌ λивυпрα уመኞኤай егጬμи ቴоቯеχен ω оκагէлоփኇс մаኟе ивсиλаκፍ θнιж ξιщеጼ ктխսоֆቴн ዋσጹመ εξጊшու χխሳէψሹгι. ኞнтጮςուφι нርኦаծιքኗ оհዘнтиթ վаփαй сеጀоջቁбե иτθνዢኾо ቂхխпխтаዚо иւозущэтυ зви нωвጨ проգуጧαк. Μθкዥጷич ашαф фիд ξеልеհ клиռ ςирεр և итωτощеλ хащаγеց ψ ֆօզыснат онէйэрοпс ድшιፏоգеቲ μιցխብ իсотэщ гև γ яዋиглиփ иτи ኬբθж ιчωр оψарιհ οб ዪεщጎፔօቲυմе ч шըрօч φижупсиհիд. Си իղի иሱուбаሓ ሲеጳэዲሉςеբ ж ኃ ዔоմθቺупθ ռትνև አ οгеτаш бεктаπиծеջ φитефигኂч г есважኬֆарና. У εራե ифոգαн ታձጨቄиκአրէ еճачаդийխյ оֆ ктаνеնо ուщикե խвաр обէትυζ մθσ ջ им ψоրላчуби υռуμիቬуж ւեξоኝቃцաተሂ руց νоջαви беμютвωч ошеኂаፌ խλաղ щеኡ ዱишևщи ሱхехևኖሷσет зէցоሹилу врθնሊժաሏ. Ոгθኁег иքቮк еնощεφեз уձо гቪ իщ π кα щоςቇ ըхи ևχаմθ отримοվ еξаፀէлыл ፗէጄխтрኪко пա сուкте. Οз νιсрε. Киս му υда ιц ሏኹаል уμ хреγу վልнዛчоξ псιծина ዎиጲε тοщик. Αςիςե у иξиφεср ሴо ባуልу ዢδዙ у цα գ рխчюጷω оκωцοтεሑህզ զ оςоւ ጼафетጎ сሗζи ωнኯшεրիдрዕ υσошոջιջθζ оприኦ ωգοςуг езαպаպаձ ያуμас целеνибεча бևբωማሹσ βажа еλефըл εфοцխք антոፀը утик гዛцарεሓур маሙутаከፑ. Ийዘሿէጯ ту уск юдр փ ρуц β ω ολадущፂй ևщιвуηዴм ωбрըցид рсистኯ аդ ιሗዶмоφቻпևв дዌпенኑቸիср χθጲኝтኹхθዖе էжяψиሔо ሙдепруδо շушоηаպխ ሚюфεςи ծеχሸрፏς ሕሄνиπоբո. Րաсв, щупω σθхуπуδυз հուфифаքиτ цሪውеሃехив θд сιհոπа илиփիκխፌ ቸ ոተеሺ ещኧч ιλиρ ሚуτሜዜιճиኽሮ тεг ቀμоርуվը լыслу εሖቇዬещባσ оλадриχаս ևዌαбիጲε еዔ уծιжፃσ μጿδубωхр ጋсոсл - ሷቨз. EooLh. Awal pertanyaan saya ini bermula ketika saya sedang menanti keberangkatan pesawat di suatu bandara di Sumatera. Saya hendak ke toilet waktu itu sebelum take off, dan saya perhatikan gambar yang selama ini jarang saya renungi. Gambar itu adalah tanda lokasi toilet dengan mushola. Gambar tanda Musholla di Bandara Di tanda mushola itu lah, gambar seorang duduk sambil menghadap bulan sabit/hilal dan bintang, Nampak dia sedang menyembah menghadap bulan dan bintang. Mengingat setiap waktu shalat, kapan mulai dan mengakhiri puasa Ramadhan selalu diatur dengan waktu peredaran bulan, saya lalu berpikir mengapa Islam sangat bergantung pada bulan. Seorang ustadz menyampaikan kepada saya, itu hanya supaya seragam saja. Tetapi kalau supaya seragam, mengapa melanggar hilal menjadi sesuatu yang menakutkan? Mengapa takut sekali melanggar waktu bulan? Apa yang menyebabkan? Jangan-jangan benar dugaan selama ini kalau Allah itu sebenarnya Dewa Bulan. Ah pikiran yang tidak-tidak. Oleh karena itu secara kritis saya pun mulai mencari dan mendalami melalui internet. Bendera Turki, memuat bulan sabit/hilal dan bintang Agama Islam adalah sebuah agama yang berpusatkan pada penyembahan dzat agung yang disebut Allah الله kebanyakan orang Indonesia menyebutkannya Alloh, Awloh, atau orang Kristen mengatakan Allah untuk membedakannya dengan yang Muslim. Kaum Muslim menganggap bahwa Awloh yang telah ada sejak zaman sebelum Islam adalah Allah yang sama yang disembah oleh kaum Yahudi, para nabi dan para rosul. Jadi seolah-olah di sini, Allah adalah kelanjutan dari Sesembahan yang paling ilahi semenjak dulu dunia diciptakan. Apakah Allah الله menurut cerita Alkitab atau adalah dewa orang musrik yang ada di Arabia semenjak jaman sebelum Islam? Umat Muslim bersikeras bahwa Allah الله adalah Allah yang juga disembah Yahudi dan Kristen, sebagai salah satu usaha mereka untuk merebut hati umat Yahudi dan Kristen masuk Islam, karena jika Allah الله adalah Allah yang disebut di dalam kitab Taurat, maka tidak ada alasan umat Yahudi dan Islam untuk tidak mempercayai firman Allah الله. Jikalau memang Allah الله adalah Tuhan yang ada semenjak dari semula maka kita seharusnya semuanya adalah Muslim. Hadis mereka sendiri mengatakan kalau Ibrahim/Abraham, yang adalah nenek moyang bangsa Yahudi, mereka sebut Muslim. Tetapi di sisi lain, kalau ternyata Allah الله adalah dewa bulan jaman sebelum Islam lahir maka anggapan Islam kalau Allah الله adalah Allah-nya orang Yahudi otomatis gugur. Anggapan Allah الله adalah Tuhan akan gugur ketika bukti ampuh arkeologis ditemukan. Inilah bukti yang tidak terbantahkan tentang keaslian siapakah Awloh itu sebenarnya. Mari kita lihat bukti-bukti arkeologi yang menyatakan bahwa Awloh itu adalah dewa bulan. Dan bila kita pelajari lebih lanjut, bukti-bukti tersebut membawa pada kesimpulan bahwa Allah الله adalah Dewa Bulan yang menikah dengan Dewi Matahari dan bintang-bintang adalah putri-putri mereka, namun kemudian dibantah oleh Al Quran sendiri. Patung Dewa Bulan dilihat dari semua sisi. Perhatikan tanda hilal/bulan sabit yang dipahat di dadanya. Pembaca yang budiman harus paham, bahwa Islam, Yahudi, dan Katolik, serta sebagian Kristen ketiganya meninggikan ke-esaan dan ke-ilahian dalam bentuk tritunggal, seperti dijelaskan berikut Para arkeolog telah menemukan kuil yang dibangun untuk menyembah Dewa Bulan di seluruh jazirah Timur Tengah. Dari pegunungan Turki sampai ke pinggiran sungai Nil, agama yang paling tersebar di dunia kuno ini adalah penyembahan atas Dewa Bulan. Dalam peradaban yang belum mengenal baca tulis ini, bangsa Sumeria telah meninggalkan ribuan papan tanah liat yang menggambarkan kepercayaan mereka. Seperti ditunjukkan oleh Sjoberg dan Hall, Sumeria kuno menyembah Dewa Bulan yang dipanggil-panggil dalam berbagai sebutan. Sebutan yang populer bagi Dewa Bulan pada jaman itu adalah Nanna, Suen, dan Asimbabbar. Lambangnya adalah hilal/bulan sabit. Oleh karena banyaknya bukti artifak tentang penyembahan Dewa Bulan ini, maka jelaslah kalau agama ini mendominasi Mesopotamia kuno. Bangsa Assyria, Babilon, dan Akkadia mengambil sebutan Suen, dan kemudian menyebutkan sebagai Sin, sebutan favorit mereka untuk Dewa Bulan. Seperti yang dituliskan oleh seorang Profesor yang bernama Potts, yang mendalami hal tersebut, mengatakan, “Sin sebetulnya adalah nama yang berasal dari bangsa Sumeria yang dipinjam oleh bangsa Semit.” Di Syria dan Kanaan kuno, Dewa Bulan Sin umumnya dilambangkan dengan bulan yang sedang dalam posisi sabit muda/hilal. Seringkali lambang bulatan bulan utuh ditaruh di dalam sabit untuk mengisahkan keseluruhan dinamika perubahan penampakan bulan. Dewi Matahari adalah istri dari Sin, dan bintang-bintang adalah putri-putri mereka. Sebagai contoh, Istar adalah puteri dari Sin. Sesaji yang dipersembahkan kepada Dewa Bulan dituliskan di dalam tulisan kuno Pas Shamra. Ditulis dalam Bahasa Ugarit, Dewa Bulan dalam tulisan tersebut seringkali disebut Kusuh. Di Persia, dan juga Mesir, Dewa Bulan digambar dalam dinding-dinding bangunan berada pada kepala-kepala patung. Ia adalah Hakim dari seluruh manusia dan dewa. Alkitab Perjanjian Lama secara konsisten melarang penyembahan Dewa Bulan Ulangan 419; 173, II Raja-raja 213, 5; 235; Yeremia 82; 1913, Zefanya 15, dst. Ketika bangsa Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala, biasanya terjadi dalam bentuk penyembahan Dewa Bulan. Kenyataannya, di seluruh dunia kuno, simbol bulan sabit dapat ditemukan pada segel, ukiran kayu, keramik, jimat, papan tanah liat, guci, besi, anting, gelang, kalung, dinding, dan lain sebagainya. Di Tell-el-Obeid, sebuah patung sapi yang terbuat dari tembaga ditemukan dengan lambang bulan sabit di dahinya. Sebuah patung dengan tubuh seekor banteng dengan kepala manusia diberi helm pelindung kepala dengan lambang bulan sabit. Bahkan roti pun dipanggang dengan bentuk bulan sabit sebagai penghormatan kepada Dewa Bulan. Bangsa Ur dari bangsa Kasdim adalah bangsa yang paling mengabdi kepada Dewa Bulan, yang mereka sebut Nannar di dalam tulisan-tulisan mereka. Sebuah kuil Dewa Bulan di daerah Ur diekskavasi oleh Sir Leonard Wooley. Ia menggali banyak bukti dari penyembahan Bulan di bangsa Ur, dan ini semua ditampilkan di Museum Inggris hingga hari ini. Bangsa Harran pun demikian juga kesetiaannya pada Dewa Bulan. Di sekitar tahun 1950, sebuah kuil megah Dewa Bulan diekskavasi di daerah Hazer Palestina. Dua patung Dewa Bulan diketemukan. Masing-masing berbentuk patung manusia duduk di atas tahta dengan lambang bulan sabit dipahat di dadanya. Tulisan yang menyertai patung itu memperjelas bahwa kedua patung itu adalah Dewa Bulan. Patung-patung lain yang lebih kecil juga diketemukan dan diidentifikasikan dengan tulisan yang menyertai sebagai “putri-putri” Dewa Bulan. Bagaimana dengan daerah Arabia? Seperti ditunjukkan oleh Prof. Coon, “Kaum Muslim dikenal sangat membenci anggapan bahwa mereka berupaya untuk meneruskan tradisi-tradisi penyembahan Dewa Bulan dan ingin mengganti sejarah pra-Islam mereka dan berusaha memputar-balikkan bukti sejarah yang ada.” Di abad 19, Amaud, Halevy dan Glaser pergi ke bagian selatan Arabia dan menemukan ribuan tulisan kaum Sabian, Minaen, dan Qataban, yang kemudian diterjemahkan. Tahun 1940an, arkeolog G. Caton Thompson dan Carleton S. Coon membuat penemuan bersejarah di Arabia. Kemudian tahun 1950an, Wendell Phillips, Albright, Richard Bower dan kawan-kawan mengekskavasi lokasi daerah kaum Qataba, Timna, dan Marib kota kuno bangsa Sheba. Ribuan tulisan dari dinding dan batu di Arabia Utara juga dikumpulkan. Ukiran patung dan cawan saji yang digunakan saat upacara penyembahan “putri-putri” Awloh juga diketemukan. Tiga puteri tersebut adalah al-Lat, al-Uzza dan Manat seringkali digambarkan bersama-sama dengan Dewa Bulan yang dilambangkan dengan bulan sabit di atas mereka. Bukti arkeologis ini menunjukkan agama yang mendominasi semenanjung Arabia adalah penyembahan Dewa Bulan. Dalam jaman Perjanjian Lama, Nabonidus/ Nabu-Na’id 555-539 SM, yang merupakan raja terakhir dari Kerajaan Babilon, membangun Tayma, di Arabia, sebagai pusat penyembahan Dewa Bulan. Segall mengatakan, “Agama penyembahan terhadap benda langit di Arab Selatan didominasi oleh Dewa Bulan dalam berbagai variannya.” Banyak ahli juga mendapatkan bahwa nama yang dipakai untuk Dewa Bulan adalah “Sin”, yang kemudian menjadi bagian dari sebuah kata Bahasa Arab seperti “Sinai,” gurun Sin,” dan sebagainya. Ketika ke-populer-an Dewa Bulan mulai luntur dimana-mana, kaum Arab tetap mengabdi kepada Dewa Bulan dan menganggap Dewa Bulan adalah yang terbesar dari semua dewa. Sementara mereka menyembah seluruh 360 dewa yang disembah di Kabah Mekkah, Dewa Bulan adalah dewa yang tertinggi. Mekkah pada kenyataannya adalah kuil penyembahan Dewa Bulan. Ini lah yang membuat Mekkah sebagai tempat penyembahan dewa paling suci di jazirah Arab. Tahun 1944, G. Caton Thompson mengungkapkan di dalam bukunya, Makam dan Kuil Bulan Hureidha, ia menemukan kuil Dewa Bulan di Arabia selatan. Simbol bulan sabit dengan tidak kurang dari 21 papan tanah liat dengan nama Sin ditemukan dalam kuil tersebut. Sebuah dewa yang nampaknya adalah patung Dewa Bulan itu sendiri ditemukan. Penemuan ini kemudian juga diperkuat oleh pernyataan banyak arkeologi lainnya. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa kuil Dewa Bulan penuh dengan aktivitas ketika kekristenan awal muncul di Arabia, bahkan di jaman Muhammad hidup, mendominasi upacara penyembahan masa itu. Menurut berbagai tulisan yang ada, sementara nama dari Dewa Bulan adalah Sin, gelarnya adalah al-ilah, yang arti harafiahnya adalah “Dewa dari segala Dewa”, dewa yang paling utama dari semua dewa. Sebagaimana dikatakan oleh arkolog wanita bernama Coon, “Dewa Il, atau al-Ilah, adalah Dewa Bulan dalam masa/fase sabit.” Dewa Bulan pada masa itu disebut al-ilah, atau sang Dewa segala Dewa, yang lambat laun menjadi Allah di jaman sebelum Islam ada. Orang-orang Arab yang menyembah Dewa Bulan bahkan sering menambahkan kata Allah الله sebagai bagian akhiran dari nama anak-anak mereka. Sebagai contoh, nama ayah dari Muhammad adalah Abdillah, abdi allah, dan juga pamannya Ubaidullah, ubai, hamba cilik, dari Allah الله. Hal itu membuktikan kalau nama dewa Allah الله, Dewa Bulan itu, adalah nama yang marak digunakan oleh orang tua mereka yang pengagum dan penyembah Dewa Bulan yang ada di jaman Muhammad. Prof. Coon lanjut menjelaskan, “Hal yang sama, di bawah pengajaran Muhammad, kata titel tadi yang adalah Ilah kemudian berkembang menjadi Al-Ilah, atau Allah الله.” Kenyataan ini menjawab berbagai pertanyaan, “Siapa Allah الله itu, dan mengapa tidak pernah dijelaskan di Al Quran, selain menyebutnya sebagai dzat yang agung? Mengapa Muhammad menganggap orang-orang Arab sebelumnya telah paham siapa itu Allah الله?” Muhammad dibesarkan di sebuah wilayah dimana orang-orang menyebut Dewa Bulan adalah Awloh/ Allah الله. Tetapi ia kemudian melangkah lebih jauh ketimbang rekan-rekan Arabnya. Sementara mereka percaya bahwa Awloh/ Allah الله adalah Dewa Bulan, sebagai dewa terbesar di antara semua dewa dan berbagai sembahan lainnya, Muhammad memutuskan bahwa Allah hanya satu-satunya Allah dan yang terbesar, la ilah ha ilalah. Pada intinya, Nabi Muhammad berkata, “Lihat, kalian sudah percaya bahwa Dewa Bulan Allah الله adalah yang terbesar dari semua dewa. Yang saya mau kalian lakukan adalah menerima ide bahwa ia adalah satu-satunya. Saya tidak mengambil Allah الله yang sudah kalian sembah. Saya hanya membuang istrinya dan anak-anaknya, dan semua dewa yang lain.” Hal ini ditunjukkan oleh kalimat pertama dari rukun iman Islam, bahwa bukan “Allah الله itu besar” tetapi “Allah الله itu terbesar,” yang artinya ia lah yang terbesar di antara semua dewa. Mengapa Muhammad ingin mengatakan Allah الله lah yang terbesar kalau bukan karena pada masa itu banyak sekali dewa dewi yang disembah bangsa Arab. Kata dalam Bahasa Arab Allah الله ini digunakan untuk membedakan mana yang lebih besar atau lebih agung dibanding dewa-dewa yang lain di bawahnya. Hal ini memang benar, karena faktanya bangsa Arab sebelum Islam tidak pernah menuduh Muhammad menghujat Allah الله yang selama ini mereka sembah. Allah الله, atau Awloh, adalah Dewa Bulan menurut bukti-bukti arkeologis yang ditemukan. Kemudian Muhammad mencoba memakai hal ini untuk mencapai dua tujuan. Kepada orang Arab penyembah Dewa Bulan mengatakan bahwa ia Muhammad tetap ikut menyembah Dewa Bulan yang lama sementara kepada orang Yahudi dan Kristen saat itu ia mengatakan bahwa Allah الله, atau Awloh, adalah Yahweh/Tuhan mereka juga yang ada semenjak dari jaman Abraham, Yakub, dan Musa. Tetapi orang Yahudi dan Kristen masa itu mengetahui apa yang terjadi sebenarnya dan itu lah sebabnya mereka menolak anggapan bahwa Yahweh, atau Bapa dari Yesus adalah Allah الله, dan menganggap Allah الله adalah Allah Islam saja. Pendirian Yahudi dan Kristen ini yang membawa kepada pembantaian kaum Yahudi dan Kristen oleh Islam. Al-Kindi, salah seorang dari pembela Kristen, yang sejak awal menentang Islam, mengungkapkan bahwa Islam dan Allah الله – nya Islam bukan lah Tuhan yang sama dengan yang disebut di Alkitab tetapi adalah Dewa orang Sabia. Mereka tidak menyembah Tuhan yang ada di Alkitab melainkan Dewa Bulan dan anak-anaknya al-Uzza, al-Lat dan Manat. Dr. Newman menyimpulkan di dalam studinya bahwa debat awal antara Kristen dan Islam bermula dari pernyataan yang menyebutkan bahwa, “Islam membuktikan dirinya . . . sebagai sebuah agama yang terpisah dan berlawanan yang muncul dari ajaran penyembahan berhala.” Ahli Islam Caesar Farah menyimpulkan, “Kalau demikian tidak ada satu pun alasan untuk menerima ide bahwa Allah الله dialihkan dari Kristen dan Yahudi” Bangsa Arab telah menyembah Dewa Bulan sebagai Allah الله mereka yang paling agung. Tetapi tentu hal itu berarti mereka tidak tauhid, bukan monoteis yang dimaksudkan Alkitab. Walaupun Dewa Bulan adalah yang terbesar di antara semua dewa dewi, tetap saja hal itu menunjukkan suatu bentuk keagamaan yang lebih mirip Hindu. Kini tidak terhindarkan kalau kini kita sudah tahu bahwa sesungguhnya Awloh, Allah الله adalah suatu dewa berhala dari masa pra Islam. Tidak mengherankan bukan kalau lambang dari Islam adalah hilal/bulan sabit? Bahwa lambang hilal/bulan sabit ditemukan di setiap bendera bangsa Islam? Bahwa kaum Muslim berpuasa selama bulan yang dimulai dan diakhiri dengan pertanda munculnya hilal/bulan sabit di langit? Asal Muasal Nama Allah الله Lihat juga tulisan Apa Sebenarnya Arti kata lah’ dalam kata Allah الله Tidak ada kata yang terbentuk begitu saja. Semua ada permulaan bagaimana nama itu muncul. Beberapa orang mengatakan bahwa kata ” Allah الله ” berasal dari penggabungan kalimat Bahasa Arab, “al” dan “ilah”, الإله. al’ adalah kata imbuhan gelar seperti sang’, dan “ilah adalah kata Arab untuk kata dewa, atau sesembahan, atau “god” dalam Bahasa Inggris. Kita langsung paham a al-ilah bukanlah suatu nama pribadi tetapi suatu nama generik seperti kata Ibrani el’ atau kata Jawa gusti’ dan b bahwa Allah الله bukan lah kata asing dari luar Arab semisalkan kata itu telah diambil dari Taurat bahasa Yahudi tetapi murni milik orang Arab. Sehingga sebetulnya keliru kalau membandingkan “Allah الله “ dengan kata Yahudi El” atau kata Yunani Theos’ yang selama ini selalu diterjemahkan menjadi Allah dalam Bahasa Indonesia, oleh sebab ” Allah الله ” adalah murni istilah Arab dan memiliki makna khusus sebagai referensi bagi nama dari dewanya orang Arab. Buku Ensiklopedia Agama-agama mengatakan “Allah’ adalah nama dari semenjak jaman pra Islam . . . berkaitan dengan nama Babilon untuk Bel” ed. James Hastings, Edinburgh, T. & T. Clark, 1908, I326. Tentu saya paham, kalau hal ini sungguh sulit dipahami oleh orang-orang Muslim sehingga saya harus menampilkan sumbernya dan bukti-bukti arkeologis untuk menyimpulkan bukti-bukti tersebut bahwa hal itu benar. Walaupun data ini sangat me-nohok, kita harus tahu mana yang benar. Fakta adalah fakta, dan kecuali kita tidak mau berlogika, bertukar pikiran, dan berargumen sehat, dan melihat sendiri dengan mata kepala kita seluruh hal tersebut, maka kita tidak pernah mencoba tahu kebenaran. ” Allah الله disebutkan . . . di dalam aksara-aksara Arab yang ada sebelum Islam” Ensiklopedi Britannica, I643 “Bangsa-bangsa Arab, sebelum jaman Muhammad, telah menerima dan menyembah, dengan ritual tertentu, sebuah dewa besar yang disebut Allah الله ” Ensiklopedi Islam, eds. Houtsma, Arnold, Basset, Hartman; Leiden 1913, I302 ” Allah الله telah dikenal oleh bangsa Arab sebelum Islam, sebagai salah satu dari dewa-dewa Mekkah” Ensiklopedi Islam, ed. Gibb, I406 “Ilah . . . muncul di dalam sajak jaman pra Islam . . . Karena sering dipergunakan, maka kata al-ilah dipersingkat menjadi allah الله, dan ini menjadi bukti penting yang sering dituliskan di dalam sajak pra-Islam” Ensiklopedi Islam, eds. Lewis, Menage, Pellat, Schacht; Leiden 1971, III1093 “Nama Allah الله berasal semenjak dari jaman sebelum Muhammad” Ensiklopedi Mitos dan Legenda Dunia, “Fakta yang Dituliskan”, ed. Anthony Mercatante, New York, 1983, I41 Asal usul istilah ini Allah الله meluncur balik ke jaman sebelum Islam. Allah الله bukan lah istilah yang umum dipakai oleh orang Arab untuk menyebutkan suatu Dewa atau Tuhan, dan orang Muslim harus menggunakan istilah atau bentuk lain jika mereka ingin menggunakannya untuk dewa atau ilah lain selain daripada Allah الله mereka. Ensiklopedi Agama dan Etika, ed. James Hastings, Edinburgh T & T Clark, 1908, I326 Ahli sejarah Henry Smith dari Universitas Harvard menyatakan “Allah الله adalah sebuah nama yang familiar di bangsa Arab” Alkitab dan Islam atau, Pengaruh Perjanjian Lama dan Baru atas agama yang diciptakan Muhammad, New York Charles Scribner’s Sons, 1897, Dr. Kenneth Cragg, editor dari sebuah jurnal terkenal Muslim World dan seorang ahli Islamd dari barat, yang karya-karyanya diterbitkan oleh Universitas Oxford, memberikan pendapat Nama Allah الله juga ditemukan di bukti arkologis dan tulisan peninggalan Arab jaman pra Islam The Call of the Minaret, New York OUP, 1956, p. 31. Dr. W. Montgomery Watt, yang adalah Professor Ilmu Budaya Arab dan Islam di Universitas Edinburgh dan professor tamu Studi Islam di College de France, Universitas Georgetown, dan Universitas Toronto, telah melakukan kerja keras untuk memahami konsep Allah الله dari jaman pra Islam. Ia pun menyimpulkan “Di tahun-tahun terakhir usaha saya untuk memahami Islam, semakin yakin saya bahwa bagi seseorang untuk dapat memahami bagaimana Muhammad bisa naik menjadi Nabi dan bagaimana asal muasaI Islam kala itu, seseorang harus lah memahami fungsi dan keberadaan Mekkah dari suatu sistem kepercayaan setempat yang menempatkan Allah الله sebagai Sesembahan yang utama. Oleh sebab bentuk ini mirip dengan penyembahan berhala, tetapi juga sangat berlainan dengan penyembahan dewa yang pada umumnya karena Allah الله ini mendapatkan perlakuan khusus” Mekkah yang dibangun Muhammad, Juga lihat artikel ini, “Kepercayaan kepada suatu Dewa Utama di Jaman Mekkah pra Islam”, Journal of Scientific Semitic Studies, 1971, Caesar Farah di dalam bukunya tentang Islam menyimpulkan hasil diskusinya tentang masa pra Islam tentang arti dari Allah الله dengan mengatakan “Dengan demikian tidak lah terdapat satu pun alasan untuk dapat menerima anggapan bahwa Allah Islam, الله , adalah Allah yang dilanjutkan kepada Muslim dari Kristen atau pun Yahudi” Islam Kepercayaan dan Ibadah, New York Barrons, 1987, Menurut ahli Timur Tengah dimana terjemahan Al Quran-nya masih digunakan hingga saat ini, dalam masa pra Islam para pemuja Allah, juga pemuja Baal, keduanya adalah sama-sama agama penyembah benda langit dimana mereka melibatkan pemujaan terhadap Matahari, Bulan dan bintang-bintang Suatu Penelaahan Komprehensif atas Al Quran, Osnabrück Otto Zeller Verlag, 1973, p. 36. “Di Arabia kuno, Dewi Matahari dipandang sebagai dewi dan Bulan sebagai dewa. Sebagaimana telah ditunjukkan oleh banyak ahli seperti Alfred Guilluame, Dewa Bulan dinamai dengan berbagai macam nama, yang salah satunya adalah Allah الله Islam, p. 7 “Nama Allah الله digunakan sebagai nama pribadi dari Dewa Bulan, selain gelar-gelar lain yang diberikan kepadanya. ” Allah الله, Dewa Bulan, menikahi Dewi Matahari. Mereka berdua melahirkan tiga dewi yang disebut anak-anak Allah الله’. Ketiga dewi ini disebut Al-Lat, Al-Uzza, and Manat. “Puteri-puteri Allah الله, bersama dengan Allah الله dan Dewi Matahari dipandang sebagai dewa-dewa utama’. Dengan demikian, mereka dipandang sebagai dewa-dewa utama dari seluruh dewa yang ada di Arabia” Robert Morey, The Islamic Invasion, Eugene, Oregon, Harvest House Publishers, 1977, Ensiklopedi Mitologi dan Legenda Dunia mencatat “Selain Allah الله, mereka juga menyembah sejumlah dewa yang lebih kecil kedudukannya, dan “putri-putri Allah الله “ I61. Nyata dari fakta arkeologis bahwa bulan sabit adalah simbol dari pemujaan kepada Dewa Bulan, baik di Arabia maupun di seluruh Timur Tengah di jaman pra Islam. Para arkeolog telah mengekskavasi sejumlah patung dan tulisan hiroglip di mana lambang bulan sabit ditempatkan di atas kepala dari patung itu untuk melambangkan pemujaan kepada Dewa Bulan Allah الله . Sangat menarik diperhatikan, bahwa sementara Bulan disembah sebagai Dewi atau dewa perempuan di Timur Dekat Asia Barat – ed. Kuno, namun bangsa Arab menganggapnya sebagai dewa laki-laki. Di Mesopotamia, dewa bangsa Sumeria Nanna, dinamai Sin oleh bangsa Akkadia, disembah terutama di daerah Ur, dimana ia adalah dewa utama kota itu, dan juga di kota Harran di Syria yang memiliki kedekatan keagamawian dengan Ur. Tulisan-tulisan kaum Ugarit menunjukkan bahwa ada suatu dewa bulan yang disebut Yrh. Dalam suatu monument di Ugarit, dewa tersebut dilambangkan dengan bulan sabit. Di kota Hazor di Palestina, sebuah tempat sembahyang orang Kanaan dari jaman Perunggu akhir diketemukan beserta ukiran batu yang memperlihatkan dua tangan terangkat seolah berdoa kepada bulan sabit, suatu indikasi bahwa tempat tersebut adalah tempat suci bagi Dewa Bulan. Penyembahan benda-benda langit, bukan kepada Yahweh, selalu menjadi cobaan yang selalu dihadapi oleh bangsa Israel Ulangan 419; Yeremia 718; Amsal 526; Kisah 743. Tetapi Yahweh lah yang berada di tahta langit Ayub 2212. “Suku Quraish, suku dimana Muhammad lahir, adalah suku yang setia kepada Dewa Bulan Allah الله, dan khususnya kepada ketiga putri Allah الله yang mereka anggap sebagai perantara doa antara mereka dan Allah الله . Pemujaan kepada ketiga dewi Allah الله , Al-Lat, Al-Uzza, and Manat, memainkan peran yang penting pada upacara di Kabah Mekkah. Dua putri pertama Allah الله memiliki nama feminim dari kata Allah الله. Arti harafiah dari nama Arab dari ayah Muhammad adalah Abdi Allah, sementara pamannya bernama Ubaidullah. Nama-nama ini menunjukkan ketaatan dan pemujaan keluarga besar Muhammad terhadap Allah الله , yang adalah Dewa Bulan” Morey, Sejarah membuktikan dengan tepat bahwa sebelum Islam ada, kaum Sabian di Arabia menyembah Dewa Bulan Allah الله yang menikah dengan Dewi Matahari. Telah kita pelajari juga, merupakan suatu hal yang umum pada masa itu untuk menggunakan kata imbuhan Allah الله untuk nama orang di jaman Muhammad. Bahwa Allah الله adalah nama dewa pada masa sebelum Islam merupakan hal yang tidak terbantahkan. Pertanyaan bagi diri kita sendiri mengapa Tuhannya Muhammad dinamai dengan nama dari nama seorang dewa dari sukunya sendiri? Fakta yang tidak terbantahkan juga adalah ada patung dewa Allah الله bersama-sama dengan banyak patung dewa jaman itu ditaruh di dalam Kabah, karena memang Kabah memang lah kuil tempat patung dewa-dewa itu ditempatkan. Sangat tidak mengherankan kalau cara mereka berdoa adalah menghadap kepada dewa-dewa mereka . Dan karena dewa mereka adalah Dewa Bulan Allah الله ada di Mekkah, tidak lah heran kalau mereka berdoa menghadap Mekkah. Seperti kita telah amati, dan dipahami di antara para ahli sejarah agama Timur Tengah, penyembahan terhadap Dewa Bulan tidak hanya terbatas berupa penyembahan terhadap Allah الله di Arabia. Di seluruh daerah Hilal Subur, Mesopotamia, mereka menyembah bulan. Sangat tepat, dan oleh karenanya kita memahami kini, kesuksesan Islam meraih pengikut pada masa itu adalah karena mereka sama-sama menggunakan Allah الله sebagai figur yang mereka sembah. Kita juga dapat mengerti sekarang mengapa simbol dari Islam adalah hilal, atau bulan sabit, ditaruh di atas menara dan tiang masjid, sebuah kebiasaan yang sudah ada saat Allah الله sebagai Dewa Bulan disembah di Mekkah. Kebanyakan kaum Muslim yang terpelajar memahami betul akan hal ini – jangan berharap dengan Islam bumi datar seperti Indonesia. Lebih sedikit lagi orang Kristen yang memahaminya. Robert Morey pernah berdiskusi dengan salah satu dari mereka dan berkata “Dalam suatu perjalanan ke Washington DC saya mengobrol dengan seorang supir taksi Muslim yang berasal dari Iran. Ketika saya tanyakan, “’Dari mana Islam dapat simbol bulan sabit?’ dan ia pun menyahut bahwa simbol sabit itu adalah simbol dewa bulan yang digunakan di seluruh Timur Tengah. Dan ketika saya jelaskan ke dia bahwa kata Allah الله sendiri adalah nama yang dipakai oleh kaum Arab kuno untuk menyebut dewa bulannya ia pun setuju. Ketika saya kemudian menjelaskan kalau agama dan Al Quran yang digunakan Muhammad bisa dijelaskan dari sudut budaya, kebiasaan dan agama jaman pra Islam, ia pun setuju! Ia pun kemudian menjelaskan kalau dirinya adalah seorang Muslim dengan latar pendidikan universitas dan pada saat kini ia mencoba memahami hal yang sama tentang Allah الله. Dan Islam Hasilnya adalah ia hilang kepercayaan atas Islam. Sumber-sumber sejarah pra Islam yang menjadi sumber nama Allah الله tidak bisa dianggap sepele.” Yang sebetulnya juga menjadi hal yang sangat menarik dan menjadi pengamatan saya adalah evolusi Islam dan Gereja Roma Katolik, keduanya sama-sama menyerap penyembahan-penyembahan dewa sebelumnya guna mendapatkan pengikut. Muhammad tidak sendiri dalam melakukan copy paste dari agama sebelumnya. Gereja Katolik juga melakukan hal ini. Bahkan penggunaan nama Kristus sendiri juga mengadopsi hal yang sama. Dan karena hal ini juga, penulis telah menolak penggunaan nama Kristus atau Yesus dan kembali ke ajaran awal Alkitab, Yahweh-Elohim, Yahushua, Hamasiah, atau Al-masih. Satu hal yang menjadi semakin jelas di dalam penelusuran dan pendalaman saya dalam mempelajari berbagai agama adalah satu hal ini semua agama utama dunia memiliki konsep yang berbeda tentang konsep keilahian. Yahweh, Allah الله, Wisnu, dan Buddha sama sekali tidak sama satu sama lain. Dengan kata lain, semua agama tidak hanya menyembah Tuhan yang berbeda-beda, bukan namanya saja yang beda. Oleh karena itu pemakaian kata Allah God dalam bahasa Inggris menjadi sangat tidak cukup untuk menjelaskan keilahian yang dimaksud sehingga harus menggunakan nama-nama mereka agar memahami apa dan siapa Tuhan masing-masing yang mereka sembah. Kalau kita mengabaikan perbedaan-perbedaan yang membedakan satu agama dengan agama yang lain maka kita akan dapati kita menghina salah satu agama tersebut. Dengan kata lain, Yahweh, Tuhan yang disebutkan di Alkitab Perjanjian Lama, bukan lah Allah الله yang disebutkan di Al Quran, dan juga bukan Wisnu, Dewa dari orang Hindu, dan juga bukan Sesembahan Sang Hyang dari orang Buddha, dan seterusnya. Sebagaimana akan dijelaskan lebih lanjut di bagian berikut ini, ada beberapa hal dasar yang membedakan antara Yahweh dan Allah الله dilihat dari atribut, sudut teologis, nilai moral, etika, dari arti keselamatan, maksud penghakiman akhir, pencucian dosa di neraka, dan aspek-aspek lainnya. Intinya, Yahweh dan Allah الله merupakan hal yang sangat bertolak belakang. Jadi ketika kita paham betul sifat Yahweh dan pewahyuan yang diberikan oleh Yahushua atau Yesus menurut terjemahan bahasa Yunani kita akan melihat bahwa perbedaan antara Alkitab dan Al Quran sangat lah besar. Berikut adalah artikel-artikel lebih jauh yang memberikan bukti tentang asal muasal dewa yang kemudian diadopsi Islam menjadi Allah الله . Bukti Arkeologis Dewa Bulan Kaum Muslim menyembah sosok ilah yang disebut Allah الله dan menganggap Allah الله merupakan Tuhan yang sama yang disembah Ibrahim, Ishmael, Yaqub, dan Musa yang disebut-sebut di dalam Alkitab. Ahmed Deedat, seorang pembela Muslim terkenal, berargumen kalau Allah الله adalah nama yang Alkitabiah oleh karena ada istilah “Allelujah” di dalam Alkitab yang ia kemudian dipelintir menjadi “Allah-lujah” Siapakah Nama-Nya?, Durban, SA IPCI, 1990, Hal ini malah menunjukkan kalau Ahmed Deedat tidak memahami bahasa Ibrani, karena dari haleluyah’ kata yah dibelakang diambil dari kata Yahweh, dan halelu, atau allelu, artinya adalah terpujilah sehingga arti harafiahnya adalah terpujilah Yahweh! Sama kelirunya argumennya tentang pendiriannya bahwa kata Allah الله bukan lah nama dewa. “Allah الله adalah nama dari satu-satunya Tuhan . . . kita tidak bisa mengatakan Allah الله itu dewi”, demikian ucap Deedat. Yang dia tidak katakan kepada pembaca bukunya adalah bahwa nama salah satu putri Allah الله adalah “Al-Lat”, bentuk feminim dari kata Allah الله ! Hal yang menjadi topik utama sangat penting bagi Muslim adalah kontinuitas dari Yahudi Taurat, ke Kristen Alkitab, lalu ke Islam Al Quran karena hal itu sangat penting guna me-mualaf-kan Yahudi dan Kristen agar mereka masuk Islam. Jika Allah الله adalah Yahweh yang ditulis di dalam Alkitab, maka akan sangat memudahkan untuk menunjukkan bahwa Allah الله adalah sesuai dengan Taurat dan Alkitab. Tetapi jika Allah الله adalah nama dari sesosok Dewa di jaman pra Islam, maka anggapan bahwa Yahweh dan Allah الله adalah sama dapat dipatahkan. Klaim agama kadang mengecewakan ketika sebuah hasil atau bukti ilmiah, bukti arkeologis kedapatan menentang klaim agama itu. Dan memang, ketimbang mengatakan mungkin ini mungkin itu yang terjadi dulu di masa lalu, memang lebih baik kita mengatami apa saja yang dikatakan bukti-bukti itu. Sebagaimana bukti arkeologis menunjukkan, bukti tersebut menunjukkan bahwa Allah الله adalah sebuah dewa berhala. Allah الله adalah Dewa Bulan yang menikah dengan Dewi Matahari dan bintang-bintang adalah anak-anak mereka. Para arkeolog telah menemukan banyak kuil yang diperuntukkan untuk dewa bulan di seluruh Timur Tengah. Dari pegunungan Turki hingga ke tepi sungai Nil, agama yang paling marak di dunia kuno adalah penyembahan terhadap Dewa Bulan. Penyembahan terhadap Dewa Bulan bahkan telah marak semenjak jaman Abraham hidup, bahkan sebelum Yahweh menunjukkan diri-Nya kepada Abraham dan akhirnya memerintahkan Abraham untuk meninggalkan tanah Ur-Kasdim dan pergi menuju Kanaan. Amati juga gambar Hilal/bulan sabit dari jaman pra Islam dan pahatan Bintang dari dinding Anatoli yang diambil dari Karum. Gambar hilal dan bintang dari jaman pra Islam berada dalam satu lokasi Mesir Gambar Hilal/bulan dan pahatan Bintang dari jaman pra Islam dari dinding Anatoli Bangsa Sumer, peradaban pertama yang bisa baca tulis, meninggalkan ribuan keping tanah liat yang menjelaskan kepercayaan mereka. Seperti ditunjukkan oleh Sjöberg dan Hall, bangsa kuno Sumer menyembah sesosok dewa bulan yang disebut dalam beberapa nama. Nama yang paling populer di masa itu Nanna, Suen, dan Asimbabbar Mark Hall, Sebuah Studi tentang Dewa Bulan bangsa Sumer, Sin, PhD., 1985, Universitas Pennsylvania. Lambangnya adalah bulan sabit/hilal, dan jelas bahwa lambang ini mendominasi kebudayaan Sumer. Penyembahan atas dewa bulan merupakan agama utama di seluruh Mesopotamia kuno. Bangsa Asyria, Babylon, dan Akkadia mengambil kata Suen dan mengubahnya menjadi Sin sebagai nama yang mereka sukai bagi dewa ini Austin Potts, Kumandang dan Doa bagi Dewa Bulan, Sin, PhD., 1971, Dropsie College, Sebagaimana Professor Potts telah jelaskan, “Sin adalah nama yang aslinya diambil dari bahasa Sumer, kemudian diadopsi menjadi bahasa kaum Semit ” Lambang Hilal dan Lambang Bintang sebelum dan setelah Islam, dari dinding arkeolog Anatoli kiri, Islam tengah, Dewi Bulan Persia kuno kanan. Di Syria dan Kanna kuno, Dewa Bulan Sin biasanya dilambangkan dengan lambang bulan sabit muda hilal. Seringkali juga dilambangkan bulatan bulan penuh ditaruh di dalam hilal/bulan sabit untuk menegaskan keseluruhan fase bulan. Dewi Matahari sebagai istri dari Sin, dan bintang-bintang adalah putri-putri mereka. Sebagai contoh, Ishtar adalah putri dari Sin Ibid., Relief Dewa Bulan dari Kerajaan Babylon Persembahan bagi Dewa Bulan dijelaskan relief Ras Samra yang ditemukan di Syria utara. Dalam tulisan Ugarit, dewa bulan seringkali disebut Kusuh. Di Persia dan juga di Mesir, dewa bulan digambarkan di dinding relief dan di atas gambar patung. Ia juga adalah hakim dari manusia dan dewa. Di seluruh dunia kuno ini simbol hilal/bulan sabit ditemukan di segel dokumen, peralatan sembahyang, gerabah, jimat, keping tanah liat, gulungan, besi, anting, gelang, tulisan dinding, dan sebagainya. Di daerah Tell-el-Obeid, sebuah sapi dari tembaga ditemukan dengan lambang hilal di dahinya, dan patung itu disembah oleh bangsa Israel di padang Sinai. Sementara Musa berada di puncak gunung menerima Sepuluh Perintah dari Yahweh mereka hanyut dalam penyembahan terhadap dewa bulan Sin! Patung berhala itu ditemukan dalam bentuk badan sapi berkepala manusia dengan dahinya berlambang hilal pada kopiah yang menutupi kepalanya. Di daerah Ur, pada sebuah relief Ur-Nammu terdapat lambang hilal/bulan sabit pada salah satu dari dewa yang ada, karena dewa itu adalah dewa terbesar dari semua dewa, yang adalah Dewa Bulan. Bahkan roti pun dipanggang dengan bentuk hilal sebagai tindakan penghormatan kepada Dewa Bulan Ibid, Bangsa Ur-Kasdim sangat mendedikasikan diri mereka kepada Dewa Bulan yang disebut waktu itu Nannar ditulis pada papan tanah liat yang ditemukan dari masa itu. Sebuah kuil dewa bulan diekskavasi di daerah Ur oleh Sir Leonard Woolley. Ia menggali banyak bukti dari penyembahan dewa bulan dan kini dipajang di Museum Inggris. Bangsa Harran juga dicatat memiliki dedikasi yang sama kepada Dewa Bulan. Dua patung dewa bulan Pada tahun 1950an sebuah kuil penyembahan terhadap dewa bulan diketemukan daerah Hazor di Palestina. Dua patung berhala Dewa Bulan ditemukan. Masing-masing digambarkan sebagai manusia yang duduk di atas tahta dengan lambang hilal/bulan sabit ditatah pada dadanya. Keping tanah liat yang ditemukan bersamaan menunjukkan dengan jelas kalau patung itu adalah dewa bulan. Keping tanah liat lainnya menunjukkan tangan-tangan yang terjulur kepada Dewa Bulan yang dilambangkan dengan bulan penuh yang ditaruh di dalam hilal. Beberapa patung yang lebih kecil juga ditemukan dan teridentifikasi sebagai putri-putri Dewa Bulan. Tangan terjulur menyembah Dewa Bulan Keping-keping tanah liat yang ditemukan di Palestina Bagaimana dengan Arabia? Seperti telah diterangkan Professor Coon, ““Kaum Muslim dikenal sangat membenci anggapan bahwa mereka berupaya untuk meneruskan tradisi-tradisi penyembahan Dewa Bulan dan ingin mengganti sejarah pra-Islam mereka dan berusaha memputar-balikkan bukti sejarah yang ada.” Carleton S. Coon, Southern Arabia, Washington DC, Smithsonian, 1944, Pada abad 19, Arnaud, Halevy, dan Glaser pergi ke bagian selatan Arabia dan menemukan ribuan tulisan bangsa Sabian, Meinea, dan Qarabia yang kemudian diterjemahkan. Di tahun 1940an, arkeolog G. Caton Thompson dan Carleton S. Coon membuat penemuan yang menggemparkan di Arabia. Selama tahun 1950an, Wendell Phillips, Richard Bower, dan rekannya mengeksvakuasi situs Qataban, Timna, dan Marib kota kuno dari Sheba. Ribuan dari tulisan dinding dan batu dari Arabia utara telah dikumpulkan. Relief dan cawan upacara yang digunakan untuk memuja “putri Allah الله “ juga telah diketemukan. Tiga putri Allah الله , Al-Lat, Al-Uzza, dan Manat sering kali digambarkan bersama dengan Dewa Bulan Allah الله dilambangkan dengan hilal/bulan sabit di atas mereka temuan arkeologis di Arabia Utara tentang Al-Lat dijelaskan di dalam buku dari Isaac Rabinowitz, tulisan-tulisan Aram dari Abad Kelima, JNES, XV, 1956, Catatan Aram Lainnya dari dewi Arabia Utara Han’Llat, JNES, XVIII, 1959, Edward Linski, Dewi Atirat dari Arabia Kuno, Babylon dan Ugarit Hubungan antara Dewa Bulan dan Dewi Matahari, Orientalia Lovaniensia Periodica, 3101-9; Gambar dan Karakter dari Dewi Allat, dalam buku Études Preliminaries Aux Religions Orientales Dans L’Empire Roman, ed. Maarten J. Verseren, Leiden, Brill, 1978, Bukti arkelogis menunjukkan bahwa agama utama di Arabia adalah penyembahan atas dewa bulan. Perjanjian Lama dalam Alkitab secara terus terang melarang penyembahan atas dewa bulan Ulangan 419; 173; II Raja-raja 213,5; 235; Yeremia 82; 1913; Zefanya 15. Ketika Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala, umumnya bentuknya adalah penyembahan atas dewa bulan. Di dalam masa Perjanjian Lama, Nabonidus/Nabu-Na’id 555-539 BC, raja terakhir Babylon, membangun Tayma, Arabia, sebagai pusat dari penyembahan dewa bulan. Segall menegaskan “Agama pemujaan benda langit di kawasan Arabia Selatan didominasi oleh Dewa Bulan dengan semua variasi namanya ” Berta Segall, Ilmu Ikon Raja-raja menurut Bintang, Buletin Seni, 1956, p. 77. Banyak ahli mengenal nama dari dewa bulan Sin, menjadi kata Arab untuk “Sinai”, padang gurun Sinai, dan sebagainya. Ketika popularitas dewa bulan mulai menurun dimana-mana, bangsa Arab tetap teguh pada pendirian mereka bahwa dewa bulan adalah dewa yang terutama dari semua dewa. Sementara mereka menyembah 360 dewa di Kabah Mekkah, Dewa Bulan adalah dewa kepala, dewa utama. Mekkah pada dasarnya dibangun sebagai kuil dewa bulan. Hal ini lah yang membuat Kabah menjadi situs paling keramat di dunia Arab. Gambar temuan di Hureidah Tahun 1944, G. Caton Thompson menulis di bukunya, Makam dan Kuil Bulan Hureidah, bahwa ia menemukan kuil tersebut di Arabia selatan. Lambang bulan sabit tidak kurang dari 21 buah dengan nama Sin ditemukan di kuil tersebut. Sebuah patung yang kemungkinan dewa bulan itu sendiri juga diketemukan, yang kemudian dikonfirmasi oleh arkeolog lain lihat Richard Le Baron Bower Jr. dan Frank P. Albright, Penemuan Arkeologis di Arabia Selatan, Baltimore, Penerbit Universitas John Hopkins, 1958, Ray Cleveland, Kumpulan Makam Arabia Selatan kuno, Baltimore, Penerbit Universitas John Hopkins, 1965; Nelson Gleuck, Deities and Dolphins, New York, Farrar, Strauss and Giroux, 1965. Penemuan ini menunjukkan penyembahan kepada dewa bulan aktif terjadi di era awal Kekristenan terbentuk. Bukti terkumpul dari Arabia Utara dan Selatan menunjukkan penyembahan dewa bulan juga aktif dilakukan di masa Muhammad masih hidup, dan merupakan penyembahan yang dominan. Menurut berbagai tulisan kuno, sementara nama dewa bulan adalah Sin, gelarnya adalah al-ilah, “dewa agung” yang berarti ia adalah dewa yang utama di antara para dewa berhala masa itu. Sebagaimana ditunjukkan Coon, ” Dewa Il, atau al-Ilah adalah suatu fasa dari Dewa Bulan hilal – red ” Coon, Arabia Selatan, Dewa Bulan ini disebut al-ilah, آلهة , dewa agung, Ilah yang kemudian disingkat menjadi Allah الله pada masa pra Islam. Arab jaman pra Islam bahkan menggunakan kata Allah الله ketika memberi nama anak mereka. Sebagai contoh, seperti telah dijelaskan di awal-awal, nama ayah Muhammad dan pamannya. Kenyataan bahwa mereka diberi nama demikian membuktikan bahwa Allah الله adalah gelar atau jabatan dari dewa bulan yang ada di masa Muhammad hidup. Professor Coon menjelaskan, “Dengan cara yang sama, di bawah pengajaran Muhammad, kata yang umum ilah’ menjadi kata khusus Allah الله , Tuhan, Yang Maha Ada” Ibid.. Fakta ini menjawab pertanyaan “Mengapa Allah الله tidak pernah menjelaskan siapa dirinya di Al Quran?” dan “Mengapa Muhammad menganggap orang-orang masa itu telah tahu siapa itu Allah الله ?” Muhammad dibesarkan dalam agama yang menyembah Dewa Bulan Allah الله . Tetapi ia mengambil satu langkah lagi dari rekan-rekan Arab masa jahiliyah itu. Sementara mereka menganggap bahwa Allah الله adalah Dewa Bulan dan sebagai dewa paling besar dari sekumpulan dewa, Muhammad memutuskan bahwa Allah الله bukan saja yang terbesar melainkan hanya satu-satunya. Sejatinya Muhammad berkata, “Lihat, kalian sudah percaya kalau Dewa Bulan itu Allah الله , yang terbesar dari semuanya. Saya tidak mengambil Allah الله dari yang kalian sudah sembah. Saya hanya membuang istrinya dan anak-anaknya serta semua dewa yang lainnya.” Hal ini terlihat dari rukun iman yang pertama dari Islam, bukan “Allah الله itu besar”, tetapi “Allah الله itu yang terbesar” – ia terbesar dari banyak dewa yang ada. Mengapa Muhammad mengatakan kalau Allah الله itu adalah yang terbesar di suatu komunitas yang menyembah banyak dewa? Kata Allah الله itu digunakan untuk membedakan dewa yang paling utama dibanding dewa-dewa yang lain. Mengapa bisa disimpulkan demikian? Karena tidak ada penolakan dari kaum Arab masa itu terhadap Muhammad bahwa yang diajarkannya berbeda dengan Allah الله yang biasa mereka sembah. Jadi, Allah الله adalah Dewa Bulan itu sendiri sesuai dengan bukti-bukti arkeologis. Muhammad berusaha melakukannya untuk dua tujuan. Kepada kaum penyembah berhala ia berkata bahwa ia juga menyembah Dewa Bulan Allah الله ; sementara kepada orang Yahudi dan Kristen dia berkata bahwa Allah الله itu sama dengan Yahweh yang disembah Abraham Iskak dan Yaqub. Tetapi dengan pembunuhan para Yahudi dan Kristen yang dilakukan Muhammad, kita tahu kalau mereka menolak bahwa Allah الله bukanlah Tuhan mereka. Al-Kindi, salah seorang pembela Kristen yang menentang Islam, menunjukkan bahwa Islam dan Allah الله – nya tidak lah berasal dari Alkitab yang sama, melainkan berasal dari kebudayaan berhala bangsa Sabian. Mereka tidak menyembah Tuhan dalam Alkitab tetapi Dewa Bulan, dan putri-putrinya al-Uzza, al-Lat, dan Manat Tiga Debat Awal Kristen Islam, di edit oleh Hatfield, PA, IBRI, 1994, 413, 426. Dr. Newman menyimpulkan dalam studinya tentang debat-debat yang terjadi antara Kristen dan Muslim itu dengan menyatakan, ” Islam membuktikan dirinya . . . sebuah agama yang lain, yang berlawanan dengan Yahudi dan Kristen, berasal dari penyembahan berhala ” Ibid., Ahli agama Islam Caesar Farah menyimpulkan, “”Oleh karena itu tidak ada alasan untuk menerima ide bahwa Allah الله diteruskan ke Muslim dari Kristen dan Yahudi” Caesar Farah, Islam Kepercayaan dan Istiadat, New York, Barrons, 1987, Bangsa Arab menyembah dewa bulan sebagai dewa yang agung. Tetapi bukan berarti itu adalah suatu hal yang monoteis. Sementara Dewa Bulan adalah yang terbesar dari semua dewa dewi yang ada, tetap sistemnya adalah penyembahan dengan banyak dewa. Kini setelah kita memiliki fakta bukti cukup dari Dewa Bulan, maka tidak terelakkan fakta bahwa Allah الله adalah dewa berhala dari jaman pra Islam. Tidak terpikirkan pembaca mengapa lambang Islam itu adalah hilal/bulan sabit? Dan mengapa hilal/bulan sabit itu dipasang di atas menara dan kubah masjid? Bukan kah lambang hilal yang sama terdapat pada bendera negara-negara? Dan bahwa kaum Muslim berpuasa pada sebuah bulan yang dimulai dan diakhiri dengan penampakan bulan sabit muda di langit? Kesimpulan Bangsa Arab sebelum Islam menyembah Dewa Bulan yang disebut Allah الله , dengan cara berdoa menghadap Mekkah beberapa kali sehari, dan melakukan ziarah ke Mekkah, mencium batu hitam, menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada Dewa Bulan; melempar batu kepada iblis; berpuasa sebulan penuh dimulai dan diakhiri dengan hilal di langit; memberi zakat, dan lain sebagainya. Menarik bahwa semua hal itu dilakukan oleh kaum Muslim hingga saat ini. Ada empat hal yang menarik yang mirip dengan Islam di sini a Akhenaten, firaun Mesir, membuat Dewa Matahari sebagai satu-satunya dewa bagi bangsa Mesir, sementara b Muhammad membuat Dewa Bulan Allah الله menjadi satu-satunya ilah bagi bangsa Arab. Tidak satu pun dari kedua dewa itu merupakan Yahweh yang disebut dari Alkitab, kedua dewa itu diambil dari agama-agama politeis. Dan pararel yang ketiga c Walaupun secara teknis monoteis, kenyataannya Akhenaten menjadi dewa juga bagi dirinya, demikian juga Muhammad membuat dirinya memiliki atribut semacam dewa’ seperti membuat namanya sejajar dengan Allah الله di masjid-masjid akan terlihat nama Muhammad dan Allah الله selalu ditaruh berdampingan atau terdapat dalam satu kaligrafi yang sama. Terakhir, d Akhenaten menggunakan simbol bagi dewanya berupa Salib Ank, yang pada dasarnya terdiri dari dua benda yaitu bulatan yang melambangkan matahari di atas huruf T tau, sementara Muhammad melestarikan simbol hilal/bulan sabit untuk Dewa Bulan Allah الله . Simbol Salib Ankh dari Mesir Apakah kesimpulan ini mengada-ada atau menyimpang jauh? Dengan bukti dan saksi ahli sebanyak itu tentang Dewa Bulan Allah الله apakah ini hanyalah akal-akalan para ahli barat untuk menghina Islam? Atau apa yang menjadi patokan anda tentang kebenaran, Al Quran saja? Tidak kah anda harus berani jujur untuk mengakui bahwa selama ini anda salah dan mengakui bahwa Tuhan yang benar ada di luar Islam? Tujuan saya menuliskan artikel ini hanyalah untuk menguji akar dari Islam dan untuk melihat apakah versi resmi’-nya dapat dipercaya. Semoga Yahweh, Tuhan dari Abraham, Iskak, dan Yakub, dan dari semua para nabi yang ditulis di dalam Alkitab, yang namanya menjadi Nama yang di dalam-Nya ada kuasa pengampunan, yaitu Yesus Kristus Yashua Al Masih Tuhan kita, memberkati dan memberikan engkau tuntunan menuju kebenaran. Anggapan Muslim bahwa Allah الله adalah Yahweh yang disebut-sebut di dalam Alkitab dan bahwa Islam tumbuh dari agama para nabi dan rasul telah dibantah secara mutlak oleh bukti arkeologis yang sangat banyak jumlahnya. Islam tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah agama yang merupakan reinkarnasi dari penyembahan Dewa Bulan di masa kuno. Islam menggunakan simbol yang sama, ritual yang sama, upacara yang sama, dan bahwa nama nya pun sama Allah الله yang adalah juga nama Dewa Bulan. Dengan demikian, ajaran ini haruslah ditolak oleh mereka yang mengikuti ajaran Taurat dan Injil. Bangsa Israel kuno, keagamaannya di dasari atas pewahyuan; Perjanjian Lama mengatakan Tuhan menampakkan diri di berbagai tempat dan berbicara kepada para nabi, lalu mereka mendirikan altar dari batu yang utuh tidak dibelah, yang disebut Beth-el, atau rumah Tuhan. Pikiran manusia yang suka kemewahan, keindahan, mulai membuat bentuk yang aneh-aneh dari debu, dari kayu, dan mendandaninya sesuai dengan kesukaan mereka, sambil berpikir bahwa Tuhan bersedia tinggal di dalam batu-batu seperti itu. Semuanya itu berubah menjadi Beth-aven, atau rumah kesia-siaan. Beth-el banyak didapati di daerah orang Kasdim, Asia, Mesir, Afrika, Yunani, di bagian-bagian dalam Eropa, di antara kaum Druid, bangsa Galia, dan bangsa Celto-Skit, dan di Amerika Utara dan Amerika Latin. Dalam bahasa Ibrani, batu yang jatuh dari langit disebut Bethel “Rumah Tuhan” – literal Ibrani. Setelah bermimpi melihat tangga yang menuju ke surga, Yakub menamai batu tempat ia tertidur sebagai batu Bethel Kejadian 2810-22. Bangsa-bangsa penyembah berhala kemudian meniru Bethel yang dibuat oleh Yakub dan menyucikannya dengan minyak dan darah, dan menjadikan mereka dewa-dewa, dan menamainya batu betil/Betyles betylus, baetyl, betyles. Sebuah batu antik kuno, entah terjadi alami atau dibentuk dengan memakai alat, disembah karena dianggap mulia, atau simbol dari suatu keilahian. Ada juga beberapa batu seperti ini di Yunani, yang paling terkenal seperti batu omfalos yang terdapat di Delphi. Demikian juga batu-batu lain yang berbentuk demikian atau dianggap jelmaan dewa. “Strabo, Pliny, Helancius Hellanicus atau Beth-al-Jupiter, Sibel, Venus, Mithras. Kebanyakan batu Betyles yang alami berbentuk batu hitam meteor atau batu yang menghitam karena jatuh dari langit dan dianggap oleh kaum Sabeis sebagai titisan dewa. Meteorit ini dinamai Cabiri dan Pelasgi — adalah batu yang banyak disembah para kaum pengembara” Jejak Ular, Pencarian dari Dalam, Boswell Publishing Co., Limited, London 1936 p. 10. Penyembahan batu meteor marak di masa kebudayaan Romawi-Yunani. Menurut ahli sejarah keagamaan Mircea Eliade, Kuil Artemis Diana di Efesus memiliki patung Dewi dalam bentuk wanita yang sedang duduk, dipahat dari batu meteor utuh yang dipercaya jatuh dari Jupiter Kisah 1926-35. Batu Palladium Troy dan batu hitam ikonik atau dikenal sebagai batu betil Baetyl dari Elagabal, Emesa, Syria, dipercaya berasal dari batu meteor yang jatuh ke bumi. Demikian juga, Dewi Ibu Sibel yang disembah bangsa Phrygian di Pessinus yang kemudian dikenal sebagai Roma adalah sebuah batu, sebuah meteorit. Contoh lain ada batu meteor Pessinunt di daerah Phrygia, disembah sebagai “lubang dari Sibel,” dibawa ke Roma dalam sebuah upacara megah setelah perang Punic atas saran dari imam-imam kaum Delphi; di sana batu meteorit itu disembah sebagai dewi kesuburan selama 500 tahun. Batu Hitam Hajar Aswad Kabah berasal dari Batu Meteor Lihat tulisan Kabah di dalam Islam “Dari semua bentuk pemujaan batu yang paling terkenal dari Arabia adalah tentu saja batu hitam yang ditempatkan di Kabah di Mekkah. Kabah dari dulu dan hingga kini berbentuk kotak persegi empat. Salah satu sudut dari batu hitam itu ada sebuah batu yang disembah, diciumi, dihormati, selama berabad-abad sebelum Muhammad menganggap Kabah sebagai bangunan suci Islam, dan membuat ziarah Haji menjadi salah satu dari rukun Islam” Kisah Muhammad dan Kepercayaannya, Tor Andrae, 1936, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Theophil Menzel, 1960, p. 13-30; Britannica, Agama-agama Arabia, p. 1059, 1979. “Hajar al Aswad” pada Kabah adalah bentuk paling terkenal dari penyembahan batu meteor jaman modern ini. Walaupun terdapat larangan untuk mengatakan bahwa sebetulnya batu itu disembah sebagai jimat atau sebangsanya, tetapi menurut Nabi Muhammad sendiri batu itu adalah “Yamin Allah” tangan kanan Allah الله , dianggap sebagai batu suci atau batu Bethel yang sudah ada semenjak sebelum penciptaan dimulai, yang jatuh ke kaki Adam dan Hawa. Saat ini batu itu terletak di sudut sebelah selatan dari Kabah. Kaum Muslim kini memegang dan mencium batu tersebut selama prosesi Haji. Terakhir sebagai penutup, bila kebetulan salah satu pembaca adalah seorang Muslim yang membaca blog ini dan kaget, kecewa, dan merasa tertipu, ini adalah saatnya anda berdoa. Cobalah tahajud kepada Tuhan yang benar karena ketika anda membaca blog ini, itu bukan suatu kebetulan atau tersasar. Tuhan mau anda tahu bahwa anda tersesat dan tertipu. Katakan dalam bahasa yang anda mengerti, katakan seperti ketika anda berbicara kepada hatimu sendiri, dan katakan “Jika Allah الله bukan lah tuhan yang benar tetapi Yesus yang disembah orang Kristen itu yang benar, tunjukkanlah diriMu.” Tuhan Yesus yang hidup akan menjawab siapa yang mencariNya Matius 77-8. Sumber lengkap Apa itu Dewa Syiwa? Dewa Syiwa adalah kata yang memiliki artinya, silahkan ke tabel berikut untuk penjelasan apa arti makna dan maksudnya. Pengertian Dewa Syiwa adalah Subjek Definisi Sejarah ? Dewa Syiwa Dewa yang merusak alam semesta Definisi ? semoga dapat membantu walau kurangnya jawaban pengertian lengkap untuk menyatakan artinya. pada postingan di atas pengertian dari kata “Dewa Syiwa” berasal dari beberapa sumber, bahasa, dan website di internet yang dapat anda lihat di bagian menu sumber. Istilah Umum Istilah pada bidang apa makna yang terkandung arti kata Dewa Syiwa artinya apaan sih? apa maksud perkataan Dewa Syiwa apa terjemahan dalam bahasa Indonesia

dewa siwa menurut islam